Minggu, 15 Agustus 2010

SEMI

      "Kreeek...kreekk....gerrrrr...rrr..." suara getaran piring dan gelas diatas meja makan mewah itu semakin kuat. Berbunyi lebih serius. Rene terkejut. Kaget seketika. Terhenyak dari kursi makan yang empuk diruangan mewah ala london itu. Sarapan pagi dengan menu serba" wah" pagi itu tak bisa dinikmati. Tak seperti hari-hari kemaren. Rene pucat. Panik. Raut wajah yang demikian pula yang tampak pada wajah mami dan papinya. Tuan Simpsont dan Nyonya rika simpsont.
      "Gempa!!! Gempaaaa!!!!!" Nyonya rika  berteriak panik dengan histeris. Dinding apartemen mewah itu mulai retak. Hidangan bergengsi ala london tumpah menggenang diatas meja. Bahkan telah menetes ke lantai. Gelas-gelas cantik berisi minuman mahalpun berjatuhan . Lampu hias terindah yang baru dibeli  seminggu yang lalu dari jerman ikut menari-nari. Mengalunkan musik ngeri. Kemudian berjatuhan juga. Turut mewarnai suara getaran bumi. Yang menambah rasa takut dan panik pada setiap insan duniawi.
      "Keluarrrr!!!! Ayo cepat keluarrrrr dari ruangan ini!!!!!"   Intruksi dari tuan simpsont emosi dan panik, menyisakan lipatan wajah yang keruh dan emosi.
      "Rene! Michele! Cepat kita keluar dari sini!" teriak maminya, sementara perabotan dan aksesoris hiasan rumah yang dirawat maminya selama ini telah hancur berserakan. Rene dan Michele berlari menelusuri apartemen luas itu.Ruangan yang unik dan penuh liku  membuat Rene mengoceh, karena susah mencapai pintu keluar. Walaupun ada tangga darurat yang telah dirancang oleh arsitektur papa yang dari london , tetap ruwet juga.
      "janan malah-malah dong kak!Olang yang pemalah tak di cayang Allah!" komentar Michele kecil dengan bijaksana .
      "Uhhhh! Anak kecil diam saja! Don't so be particular!! Kate membentak Rene  dengan kasar dan menarik tangan adiknya dengan kesal. Kemudian terus berciloteh menyaingi suara benda-benda yang berjatuhan. Sekilas sorot mata milik Michele melirik kakak perempuannya. Kemudian menekur diam . Merasa tak berarti saja.
       Bumi masih bergetar kencang, Rene dan Michele telah sampai di mulut pintu. Rene melepas tangan adiknya keluar dari ruangan iu. Dengan tangkas dan gerak tercepat, Rene kembali masuk ke dalam aparemen yang hendak runtuh itu. Entah kenapa gadis jangkung, blesteran Inggris-aceh itu balik lagi ke dalam apartemen yang hendak hancur itu.
      Michele masih berdiri sendirian di luar. Terus menatap kemulut pintu. Sesekali menengadah ke langit, memohon pertolongan dari Allah.  Pandangan matanya tak luput dari mulut bangunan mewah itu. Menunggu orang-orang yang yang dicintainya.
      "Allah itu sayang pada michelle! Jangan lupa berdoa ya! "  Michele masih ingat nasehat gurunya di taman kanak-kanak.
"Barangkali kakakku menjemput mami papi yang masih berada di dalam." bisiknya pelan seraya mengangguk-anggukkan kepala mngilnya. Tangan imutnyapun mulai berlipat diatas perut.
***
       Rene terus berlari dengan hati hati, menghindari tumpukan benda-benda yang mungkin saja berjatuhan menimpa tubuhnya. Begitu sigap dan cepat. Dari tangga apartemen terdengar suara mami-papinya yang sedang ribut. Seperti hari-hari biasa rumah itu selalu heboh  dengan percekcokan kedua orang tuanya. Tapi kali ini lebih ribut lagi. Betapa tidak? Ditengah perabotan alam yang sedang bergetar , mereka masih saja ribut. Sebagian loteng rumah telah  protes dengan retaknya hendak jatuh.
     "Kotak perhiasan ini sebaiknya mami yang yang     menyimpannya agar lebi terawat!" Pinta Nyonya Rika dari dalam kamar.
     "No...,oh no ! I am worried what is a head of us next year!,sebaiknya papi, karna laki-laki lebih tangkas!" Tuan Simpsont mendekap kotak perhiasan itu dengan kuat. Itu adalah hasil jerih payahnya selama ini, harus dijaga baik-baik.
      "sudah!!!!! Sudahhhh!  cukup! Ruangan ini akan hancur! Ayo mam, pap cepat keluar! Rene tampak kesal sekali dan tak bisa bersabar lagi mendengar pertengkaan kali ini. Apalagi melihat intruksinya tak ditanggapi. Rene tak mau buang waktu, ia langsung melompat kekamarnya. Apa yang membuatnya balik kekamarnya? Rupanya sesuatu yang ia anggap penting sekali adalah sebuah kertas penghargaan
'Beuty Queen Award 2004' yang didapatkannya dengan susah payah di penghujung tahun ini. Betapa tidak? Materi, waktu dan berbagai macam bentuk perawatan kecantikan telah difokuskan untuk mendapatkan gelar itu.
Ternyata dugaan Michele salah. Rene masih tetap seperti itu juga. Terlalu egois. Lebih mementingkan pribadinya sendiri. Berlaku tidak sopan pada pak udin tukang kebun, sering memaki Imah tukang masak kalau saja terlambat menghidangkan makanan. Acuh dengan para tetangga sebelah rumah. Jangankan untuk membantu mereka yang sedang dilanda kesusahan akibat duka yang berpanjangan di tanah rencong itu. Ataupun sekedar beramah tamah dengan mereka, senyumpun begitu pelit sekali. Padahal dengan outler beauty dan senyumnya yang memukau itulah ia berhasil mendapat penghargaan. Rene masih mendekap kertas itu denga erat. Ingin cepat sampai diluar, tapi loteng kamar mulai retak. Hiasan dinding , lukisan mahal dan foto mami-papinya pecah berderai di lantai. "Kreeekkkkk....gerrrrkkk..." sebagian dinding apartemen roboh.
     "Air...!Banjir!!! awas banjir!!!! Tiba-tiba terdengar teriakan dari seorang wanita separoh baya. Suara yang amat bersahabat di telinganya. Ya! Suara maminya.
     "A.....aaauuuu ...toloooooooong!!! "Histeris dari sepasang suami istri ketakutan, yang dihanyutkan air beserta kursi, meja, kipas angin, kotak-kotak perhiasan dan benda lainnya.
      "Prakkk! Praaakkkk..." Rene memukul-mukul pintu kamar yang telah terkunci mati, karena timpukan sebagian dinding kamar yang runtuh. Ia panik. Takut. Cemas .Galau.Ngeri , bertumpuk menjadi satu rasa. Saat itulah timbul ingin minta pertolongan. "Apakah tuhan yang sering disebut guru agamanya waktu sekolah dulu mau menolongnya? Shalat wajib saja jarang dilaksanakannya. Mami tak pernah lagi mengontrol ibadahnya semenjak sibuk ke luar negeri dengan papi. Yang ia tahu dulu maminya rajin beribadah.  Beda dengan papi yang selalu sibuk dengan proyek besarnya. Kata mami , papinya dulu adalah seorang pakar ekonomi yang terkenal di london. Sekitar 20 tahun yang lalu Tuan Simpsont mengadakan survey untuk penulisan disertasinya tentang perekonomian dan sumber kekayaan alam di aceh. Saat itulah maminya dilamar. Pernikahan akhirnya berlangsung juga setelah melalui permasalahan yang panjang di kenegaraan, dan dengan famili di aceh. Tentunya dengan syarat harus masuk Islam dulu.
     "Ppukkk..."sebuah bingkai lukisan menimpuk muka Rene, dan jatuh kelengan kirinya. Lamunannya yang panjang samar seketika. Namun darah mengucur deras dari lengan dan wajahnya. Menambah pucat wajah putih gadis blesteran itu. Akhirnya ia terkulai lemas dan tak ingat apa-apa lagi.

***
      Bau anyir menyeruak menusuk hidung.  Bercampur  bau anyir bangkai binatang. Menyebar rasa miris yang dalam di tanah rencong.
     "Aaa....aduhhhh...ahhhh...sakit.. !" Rene merintih menahan perih di wajah dan lengan kirinya. Perlahan ia menyentuh wajahnya."Aduuuhh....!" Rene meringis kesakitan. Ia menoleh kesampingnya"Hahhh??!!" ada rasa tak percaya melihat pemandangan itu. Ada jejeran panjang didekatnya. Bukan jejeran orang –orang berdasi seperti teman bisnis papinya. Bukan !Tapi, pembaringan para korban  dari amukan tsunami. Ada pak cecep tukang kebun tetangganya, pak udin tukang sapu jalan raya, Bang Maman tukang jual es keliling, ada wartawan terkenal juga tak jauh darinya.
      Rintihan, tangisan, ratapan, erangan dari rasa perih menyatu dalam bau yang sangat memuakkan dan memualkan perut orang yang berada disana. Sesekali terdengar suara batuk-batuk dan erangan panjang di tengahnya rusuhnya alam.
"Uhhh....!!! kesal masak disamakan tempatku dengan mereka?" Protes Rene dalam hati. Memberengut tak mau disamakan dengan orang yang tak selevel dengannya. Dulu cuman demam biasa, ada dokter pribadi yang datang kerumah. Atau pergi ketempat  pengobatan yang ekslusif dan terpercaya.
      Rene berusaha duduk melihat kondisi sekitar"Uppssst!!!" Tangan kirinya terasa sakit. Tak berfungsi. Hampir membusuk, hanya beberapa lapis perban yang membalut tangannya.
"Awas para dokter itu ! apa mereka tidak tau kalau aku puteri dari tuan Simpsont? Apa mereka tak tau kalau aku anak seorang pemilik perusahaan mobil terbesar di Aceh besar ini? Aku bisa menuntut dokter-dokter itu!" geramnya dalam hati.
      Gadis muda itu kembali berusaha menggeliatkan tubuhnya ditengah panjangnya pembaringan masal itu. Ia mencoba mengumpulkan kekuatan untuk berdiri. Tubuh jangkung blesteran inggris-sumatera itu mengedarkan pandangannya. Perutnya mual menahan anyirnya bau tumpukan jenazah. Amat mengerikan! Ada yang menengadah kelangit, ada matanya yang terbelalak, ada yang tak jelas lagi bentuk tubuh mereka karena hancur kena timpukan puing-puing bangunan.
Orang-orang masih berteriak histeris meratapi keluarga mereka yang telah meninggal. Percaya tidak percaya namun itulah yang ada di hadapan mata.
      Maghrib belum sepenuhnya mengubur senja. Perlahan Rene beranjak dari tempat itu.  Mencari si Michele, dan kedua orang tuanya. Menelusuri kota aceh yang telah lusuh.  Seperti kota mati. Puing-puing bangunan berserakan disepanjang daratan. Apalagi daerah sekitar pantai. Rumah penduduk, apartemen mewah tempat tinggal Rene, hotel berbintang, sekolah, Cafe milennium, warung kopi tengku umar, kern warnet telah hancur menjadi tumpukan sembraut. Semuanya telah rata. Hanya beberapa mesjid yang tetap kokoh.

***
      Pagi telah datang . Matahari tak secerah hari-hari kemaren.  Keadaan belum berubah. Menggores jiwa , mendalamkan luka. Hanya beberapa petugas medis tampak sibuk menangani para korban.  Mayat-mayat  masih bergelimpangan di sepanjang jalan. Sunguh tak terbayangkan!
      Bantuan datang dari daerah sekitar. Ada mi Instan, obat-obatan, dan pakaian. Orang-orang berebutan untuk mendapatkan makanan. Penuh sesak dan perjuangan. Renepun ada ditengah-tengah mereka. Sebenarnya ia tidak mau seperti orang-orang lain itu, tapi rasa perih dan protesan dari perutnya membuatnya terpaksa berada dalam kerumunan itu.
      "Uh... kenapa ini terjadi padaku?" ia bertanya dalam hati. Tak pernah terbayangkan sebelumnya akan seperti itu. Dulu kondisi-kondisi seperti itu hanya dilihatnya di Tv saja sekarang menimpa dirinya. Orang –orang disekitarpun tak mementingkan lagi persoalan kecantikan, keterkenalan, ataupun kedudukan.
      "wan! Kamu masih ingat aku kan? Aku yang mendapat piagam kecantikan yang dulu itu lho! Bisa nolongin aku untuk.."
      "sorri siapa ya? " pemuda itu memotong pembicaraan dan berlagak cuek.
      "Ini aku Rene Simpsont!" jawab Rene ringkas.
      "Hahhh???!!!" pemuda itu hanya memandang sekilas wajah cacat        Rene  dan berlalu pergi tanpa komentar lebih lanjut.
Ada satu perasaan menusuk di relung jiwa gadis itu. Komitmennya tentang kecantikan jasmaniyah mulai melebuh. Berbeda dengan hari-hari indah dahulu ketika ia terpilih menjadi yang tercantik.  Semua orang dianggapnya dungu, ketingalan zaman, dan tak berseni. Dengan senjata kecantikan dan kekayaan itu dia akan berjaya dan bahagia. Dengan mudah meremehkan orang lain tanpa memandang rasa kemanusiaan.
Rasa itu semakin menusuk dan menyayat perasaannya ketika orang-orang tak menghiraukan  siapa dirinya.
***

      "Mr. Smithh!!!!!!!!" Rene berteriak senang ketika melihat teman bisnis papinya dulu " tolong antarkan saya ke...,"
      "Maaf, saya lagi ada urusan!" jawab bule itu ringkas dan hilang dikejauhan.
       Rene tertunduk lesu, hilang semangat dan kekuatan hati. Ia melangkah pelan untuk balik ke tenda-tenda pengungsian, karena hari sudah beranjak senja.
       Sudah dua minggu Ia hidup di tenda pengungsian. Sudah dua minggu pula ia tak bertemu dengan keluarganya. Ia rindu pada Cilotehan Michele . Ia rindu pada gaya Michele kecil yang bijasana. Sepeti orang dewasa. Ia juga rindu pada papi dan maminya. Hampir saja Rene stres menghadapi semua itu. Seperti yang terjadi pada kebanyakan pengungsi di tenda-tenda. Mereka tak kuat kehilangan keluarga,rumah, cacat tubuh bahkan kehilangan pekejaan. Akhirnya banyak diantara mereka yang gila!
**
       Rene terus mencari adik dan kedua orang tuanya. Menanyakan setiap waktu ditempat-tempat pengungsian. Namun hasilnya nihil.
       Hari ini beberapa  tentara asing dari berbagai negara telah mendarat di aceh. Bantuan dari daerah sekitarpun datang menolong. Para selebritis turut menggalang dana untuk aceh.
      "Non Rene...!"ada suara kur yang memanggilnya dari belakang.   
       "Imah????!!! Pak udin????!!!!Michele???!!!"  
       "Non Rene sehat-sehat saja?" tanya imah pembantunya dulu. Masih tetap ramah. Tak ada yang berubah . Rene terisak dalam tangisnya. Menyesal atas segala perbuatannya selama ini terhadap mereka. Ada rasa yang menusuk hati jika ia mengingat tingkahnya dulu. Ia memeluk Michele erat. Memeluk Imah, dan memohon maaf pada mereka semua.
     "It is never too late to mend!!!!" celetuk michele bergaya seperti orang dewasa. Memang tidak ada kata-kata terlambat untuk memperbaiki diri.
      "I know, Beuty is but skin-deep!!" akunya dalam hati
      "Man proposses god disposes" komentar Pak udin dan Imah serempak . "pasti Michele yang mengajari mereka"terka Rena dengan pasti.
       Mentari memang tak sehangat hari kemaren, tapi ada yang lebih  hangat dari itu. Hubungan silaturrahmi yang sangat mahal harganya. Kalau tak ada hujan yang menangis mana mungkin taman hati akan bersemi.
       Awan  putih tebal berserak! Bagaikan gumpalan kapas putih.`Seputih hati yang telah di beri siraman kesadaran ketika Allah telah memilih..
  
Gami' , 16 Februari 2005-02-16
Buah Pena Perjuangan : Novi Rizviani

-   I am worried what is ahead with us next year: Saya khawatir, apa yang akan terjadi pada kita esok. 
-Dont so be particular                 : jangan banyak       cencong
-I know, Beuty is but skin-deep : saya akui kecantikan luar hanya selapis  kulit.
- Man proposses god disposes   : Manusia berencana,  Tuhan yang menentukan. 

Menyongsong Terwujudnya Masyarakat Madani

Pendahuluan
      Masyarakat ideal merupakan dambaan bagi setiap warga negara, penggagas dan pemikir masa depan. Termasuk bangsa Indonesia. Dalam membangun sebuah sistem kehidupan masyarakat yang ideal  tidak semudah menyebutkannya. Membutuhkan waktu yang sangat panjang.  Harus diletakkan dasar-dasar fundamental, sehingga mekanisme kehidupan dapat berjalan dengan baik. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang jujur dan berakhlak mulia. Tanpa adanya hal diatas maka akan sulitlah untuk membangun masyarakat madani  di Indonesia. Apalagi memperhatikan keadaan Indonesia sekarang.

Kondisi Indonesia
       Dalam membangun system kehidupan masyarakat  yang sedang kritis membutuhkan  waktu yang panjang.  Mustahil akan berevolusi dalam sekejap. Tetapi melalui tahap-tahap dan proses pengishlahan . Dengan melakukan perbaikan dalam aspek kehidupan dan berusaha menghapus krisis di segala bidang.
       Berbagai macam krisis sedang menggerogotti bangsa Indonesia. Krisis ekonomi yang berkepanjangan masih terus melanda rakyat Indonesia. Krisis moral semakin meningkat menyebabkan bangsa semakin terpuruk. Ditambah lagi dengan krisis kepercayaan. Keadaan itu diperburuk lagi dengan berbagai macam teror yang bisa terjadi kapan dan dimana saja.
       Aksi teror bom sangat ramai menghantui keamanan masyarakat akhir akhir ini. Seperti teror ledakan bom  tanggal sembilan September 2004 lalu di Kuningan Jakarta. Hal itu merupakan tindakan yang anarkis dan menakut-nakuti masyarakat. Dan mengganggu keamanan masyarakat yang menjadi kebutuhan darurat manusia. Oleh sebab itu Islam mensyariatkan hukum yang tegas agar bisa mencegah berbagai tindakan kriminal.
      Ketentraman masyarakat tidak hanya diganggu oleh aksi teror saja. Tapi ketidakharmonisan umat beragama turut merusak kelangengan hidup bersosial. Dan menghambat terwujudnya masyarakat yang ideal.
       Menyadari kondisi kehidupan masyarakat Indonesia yang digambarkan diatas, bagaimana langkah bangsa Indonesia dalam menyongsong terwujudnya masyarakat madani? Langkah apakah yang harus ditempuh oleh masyarakat Indonesia?
       Agar lebih terfokusnya pembahasan ini, Penulis akan menjabarkan terlebih dahulu tentang konsepsi masyarakat madani.

Konsepsi Masyarakat Madani
       Paradigma masyarakat ideal memang masih dalam perdebatan. Baik yang menerimanya sebagai sebuah kenyataan maupun yang menganggabnya sebagai utopia. Banyak terminologi yang mempersonifikasikan masyarakat ideal. Di antaranya masyarakat madani dan civil society yang propertik.
       Secara umum masyarakat madani dan civil society dipandang sama. Tapi, apabila ditelusuri lebih lanjut dua terminology ini mempunyai perbedaan yang mencolok.
       Civil society merupakan konsep sebagai respon terhadap realita politik, dimana Negara menjadi makhluk yang demikian perkasa sehingga nampak begitu hagemonik. Menguasai seluruh aspek kehidupan manusia.
     Civil society merupakan konsep masyarakat; yaitu sebagai kesadaran bahwa keseimbangan yang dinamis antara kekuatan masyarakat dan Negara akan mendorong proses demokratisasi yang didambakan. Konsep ini bercirikan kesukarelaan , kekeswasembadaan, keswadayaan, kemandirian dan keterikatan dengan norma atau nilai nilai hokum yang diikuti warganya.
       Konsep civil society berasal dari barat. Penerapan system ini di Negara berkembang tidak harus sama dengan praktik civil society yang ada di barat.
       Sedangkan konsep masyarakat madani merupakan reformasi total terhadap masyarakat tak kenal hukum dan terhadap supremasi kekuasaan pribadi. Pijakan dari masyarakat madani adalah Mitsaq Almadaniyah (piagam madinah). Oleh kalangan sarjana dikenal sebagai "konstitusi madinah". Kondisi ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah umat manusia yang meletakkan dasar-dasar toleransi dan pluralisme mengakui kesamaan penduduk madinah . Tanpa membedakan suku, agama, ras, warna kulit dan antar golongan (SARA) yang ada dalam komponen masyarakat madinah.
     Dalam konteks wacana membangun masyarakat madani perlu mengikuti tauladan Nabi Muhammad Saw. Pengisian civil society justru diperoleh dari dunia Islam sendiri. Persisnya dari kejayaan dunia islam klasik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dr. Nurchalish madjid bahwa masyarakat madaniyah sebagai masyarakat yan egaliter partisipatif. Masa kalsik Islam itu menyerupai gambar sebiah masyarakat yang yang adil, terbuka, dan demokratis seperti dalam konsep-konsep sosial politik modern.
       Masyarakat madani menempatkan peranan Islam sebagai faktor dominan, Islamlah yang pertama kali memperkenalkan manusia, cita-cita keadilan sosial dan pembentukan masyarakat madani yang bersifat islami. Sedangkan civil society hanya menempatkan agama sebagai salah satu elemen identitas.

     Beberapa Problem Interpretasi

1.   Kalangan pendukung konsep ini , menganggap bahwa implementasi masyarakat madaniyah, perkotaan  dan peradaban. Padahal dalam civil society yang penting adalah kemandirian organisasi. Tanpa adanya diskriminasi kota dan desa.
           Pemahaman ini kemudian berkembang menjadi dikotomi Islam modernis                  dan Islam tradisionalis.
2.   Sedangkan pendukung masyarakat madani menganggab bahwa konsep civil society merupakan perpanjangan dari liberalisme dan sekularisme . Yang memisahkan antara agama dan negara.

Menyongsong Terwujudnya Masyarakat Madani
      
       Perbaikan kehidupan masyarakat Indonesia akan menuai kematangan dalam memberikan kontribusi . Dan loyalitas untuk mengantarkan bangsa Indonesia mewujudkan masyarakat madani. Dengan cara perbaikan disegala aspek kehidupan. Perbaikan di bidang ekonomi, pendidikan, persatuan umat beragama, serta menanamkan kepercayaan kepada para pemimpin.
      Dalam proses pembentukan masyarakt madani, ada beberapa fase yang harus dijalani yaitu :
1.    Membangun kepribadian sehingga kehidupan personal menjadi berkualitas dengan manhaj Rabbani.
2.    Membangun keluarga yang berkualitas yang penuh dengan nuansa Islami.
3.    Membangun komponen masyarakat menuju tatanan kehidupan madani. Karena masyarakatlah yang bias menentukan tiang pembangunan sebuah Negara yang berkemanusiaan.
4.    Pembangunan Negara yang maju dan penuh dengan rahmat Illahi.
5.    Menjalin persatuan dan kesatuan antar Negara Islam sehingga tercipta toleransi antar sesama.

           Dalam mempertemukan substansi civil society dan masyarakat madani, ada beberapa hal yang sangat urgensi sekali :
a.   Pembacaan piagam Madinah dalam perspektif civil society. Kini dalam konteks relevansi wacana civil society dengan konsep ummah Negara madinah yang menerapkannya.
b.   Dengan melakukan Transformasi dalam ide civil society . Yaitu memperjuangkan otonomi masyarakat dan tidak menggantungkan diri pada negara. Dengan cara perbaikan masyarakat menuju demokratis, egaliter populis, mandiri dan sebagainya.
c.   Memadukan dan mencari titik temu antara konsep barat dengan ajaran Islam. Seperti ummah, almadinah al-fadhilah, as-siyasiyah al-madaniyah, al-mujtama' al-madani atau dengan sejarah Nabi ketika di Madinah. Bahkan kaau perlu dengan eklektisisme . Yaitu dengan mencari unsur-unsur yang terbaik.
d.   Pengisian Masyarakat madani sebagai civil society yang lebih dari pada sekedar gerakan-gerakan prodemokrasi, yang menekankan peranan islam.

       Menyadari kenyataan bahwa perang global telah berlangsung dari setiap penjuru menggempur umat beragama, khususnya para generasi muda agar bersikap hidup sekuler- ateistik. Para juru dakwah harus mampu menampilkan dirinya sebagai sosok ulil albab. Yaitu mujahid dakwah dengan bobot intelektual dan wawasan yang mendunia.
      Tidak ada satu umatpun yang berpangku tangan dari urusan agamanya. Dia harus terlibat, peduli, menenggelamkan dirinya dalam dunia yang mengakhirat, urusan akhirat yang mendunia. Bersatu menolak kafirisasi yang telah jelas gemuruhnya terdengar dan menghantam kehidupan umat beragama. Para mujahid dakwah harus mampu jawaban- jawaban sekitar permasalan umat.
     Tidak bisa di sangkal bahwa pola pendidikan agama sejak usia dini, merupakan salah sau kunci untuk membentengi iman. Umat Islam harus di bentuk sebagai mujahid yang memberikan nilai-nilai moral, intelektual, seta etika pergaulan yang berorientasi kepada aktualisasi Al-qur'an dan Sunnah. Agama tidak hanya sederetan hafalan dan iktan normatif, tetapi dipresentasikan pula dalam bentuk yang actual dan aplikatif.
     Masyarakat muslim perlu dibekali dengan ilmu, ketrampilan, keberanian, dan keyakinan . Sehingga umat muslim tidak takut menghadapi berbagai perbedaan dan kendala kehidupan. Sebagai seorang muslim yang mengemban misi rahmatan lil 'alamin biasakan diri untuk bisa menghargai orang lain . Bahkan tidak perlu merasa rendah diri untuk memetik kebenara dari siapapun. Itulah semangat seorang democrat yang menghunjam di hati umat muslim.
     Al-kindi mengatakan , "Kita tidak perlu malu untuk mengtahui kebenaran yang dating dari siapapun , walau dari generasi dahulu maupun orang asing. Bagi siapa saja yang mencari kebenaran, bahwa tidak ada nilai yang lebih tinggi dari pada kebenaran itu sendiri. (We should not be ashamed to acknowledge truth from whatever source if comes to us even if from former generation and foreign people. For him who seeks the truth there is nothing of higher value than truth itself)."
   
Penutup
     Pembahasan mengenai masyarakat madani merupakan pembahasan yang sangat luas . Membutuhkan waktu yang sangat panjang. Apalagi kalau dikaitkan dengan bangsa Indonesia. Dalam menyongsong terwujudnya masyarakat madani di Indonesia perlu membenahi berbagai aspek kehidupan. Seperti ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya. Namun disini Penulis hanya memaparkan secara global saja. Tulisan ini hanya sebagai pengantar saja dalam mengkaji permasalahan di atas. Semoga para pembaca dapat mengembangkannya dalam bentu bacaan.Wallahu a'lam bishawab.

Kalau Bulan Terkubur

Petir melengking, memekik, membelah-belah langit. Halilintar menyambar saling berjawab-jawaban. Anginpun mempermainkan hujan yang turun. Dan kristal bening itupun terus menitik dari mata yang tampak cekung, karena tidak terpicing hampir sepanjang malam
Lelaki itu masih terus berkomat kamit membaca sesuatu. Lembaran mushaf yang tergenggam erat di tangannya mulai basah oleh air matanya.
Dua jam sudah! lelaki muda itu masih duduk di ruang tunggu. Rumah sakit masih sunyi. Hanya beberapa orang perawat yang bertugas malam sesekali bolak balik kekamar pasien. Tiba-tiba terdengar suara tapak sepatu melangkah cepat. Diikutinya dengan pendengaran dan dikejarnya dengan pandangan. Ternyata Mamaknya Angku Patih bersama istrinya Makdang Una.
"Angku patih, makdang?" Halim tersenyum, mencoba  menyembunyikan keresahannya dengan baik.
"Maaf Angku, , jadi ndak sempat menghubungi Angku dulu!" Nanar Halim menatap kakak laki-laki dari almarhumah ibunya. Ia menjadi merasa bersalah pada mamaknya itu. Mamak yang telah menggantikan peran orang tuanya semenjak ia masih SD dulu. Mamak yang membiayai pendidikannya hingga memperoleh Majister dari universitas Al-Azhar Kairo.
"Menelpon sebentar apa salahnya sih? Huhhh…! Tidak menghargai sedikitpun!!!" Dengus Mak dang Una tidak ramah. Paras perempuan separoh baya itu semakin keruh. Seperti biasanya.
'Ya Allah lunakkan hatinya. Seandainya perempuan itu pernah melahirkan…' Batin Halim berapologi dalam kediaman yang mengiriskan. Ia katupkan matanya rapat-rapat, membangun kesabaran.

***
"Oak…oak…"Lengkingan tangis bayi menyentakkan Halim dari lamunannya.
"Keluarga bapak Halim Al Jauri!" Sambut seorang Dokter perempuan berkacamata minus. Rahim refleksi berdiri. Kegembiraan itu telah menawarkan keresahannya yang kering.
"Selamat, Anda telah menjadi bapak! Istri anda selamat !" Ibu dokter itu tersenyum tipis "Tapi,…" Dokter itu tampak ragu melanjutkan kata-katanya."Nnn… bayi anda terlahir kurang sempurna, kornea matanya tidak berfungsi," Bisik ibu dokter itu merasa menyesal.
" Apa?!Buta?!" Mata Mak dang Una membesar." Keluarga kita akan malu menerima bayi buta itu!" perempuan separoh baya itu mengangkat bibirnya secara tidak proporsional, melukis seringai bermuatan ejekan.
Halim mengela nafas perlahan. Berusaha untuk bersabar. Tak ingin aristokrasi kewibawaannya ternodai. Tak ingin meracuni kendali dirinya.
' Skenario-Mu sempurna. Skenario-Mu tak dapat kami tebak' batin Halim yakin.
" Tenang Bu!!" Sesal Angku patih pada istrinya.
" Uda sih! Terlalu memanjakan kemenakan, merestui pernikahannya dengan gadis jawa itu!" Sentak makdang Una dengan suara tinggi.
"Lhah? Jodoh itu bukan di tangan kita Bu!"
"Ya, bisa! Kalau kita  memaksanya !"
"Astaghfirullah…Istghfar buk!Ini karunia !!!"
"Karunia?!Uda senang punya cucu cacat???"
"Kita saja tidak bisa punya anak!" celetuk Angku patiah seadanya membuat makdang Una semakin menggertakkan giginya kesal.
Halim hanya  diam dalam resah yang dibawanya. Ada getar miris yang memaksanya untukmeneteskan air mata. " Bukankah manusia itu Engkau nilai dari ketakwaanya?Aku redha Islam menjadi agamaku… aku reda dengan segala ketentuanMu…"
***
Entah kenapa sudah sejak dulu ia tidak disukai. Apalagi semenjak Halim pulang dari Kairo dengan istrinya yang aneh menurut makdang Una. Kata istri mamaknya itu, Retno tidak menghargai adat istiadat orang minang. Apalagi ketika sepupu laki-laki makdang Una bertamu ke rumah. Perempuan berjilbab rapi itu enggan bersalaman. Ia hanya mengatupkan kedua telapak tangannya yang didekatkan ke dada.
Pernah juga makdang Una mencak-mencak di depan Halim. Pasalnya Retno sungkan mengenakan pakaian dan jilbab trend dengan ukuran yang pasti mengundang keprihatinan sosial. Apalagi disuruh berdandan semenor Julia Robert si 'Pretty Woman'. Akhirnya Retno di maki-maki. Katanya tidak pantas menjadi istri kemenakan dari seorang Ninik Mamak yang terkenal di Pariaman. Apalagi seorang magister dari Azhar, yang kalau di Pariaman calon suami harus dibeli sesuai dengan kedudukannya.
"Adat bersandi syara', syara' bersandi kitabullah Angku! Bukankah dalam Islam tidak ada budaya seperti itu?" jelas Halim pada mamaknya yang juga tidak setuju dengan tradisi itu.
' Ya Rahman… ujianmu amat besar, Jangan gelincirkan kami dari petunjukMu…' batinnya.
***
"Ceraikan saja istrimu itu Lim !" Mak dang Una kembali mencak-mencak di tengah rumah sambilmeratap.
'Deg' Halim terkesiap. Bagai menghadapi titian rambut dibelah tujuh baginya.
" Sabar… makdang!"
"Perempuan jawa itu pembunuh! Dia pembunuh!" Ratap makdang una memukul-mukul lantai rumah. Dia berteriak sejadi-jadinya. Sementara para tetangga semakin ramai melayat ke rumah. Lautan jilbab hitam memenuhi ruangan kalut itu. Para Ninik mamak , alim ulama, kaum cerdik pandai telah duduk bersila.
Langit sudah berubah warna. Walaupun maghrib belum sepenuhnya mengubur senja. Jenazah Angku Patih masih terbujur disudut rumah.  Di luar rumah suara binatang malam mulai kedengaran.
"Pembunuhhh…! Kau pembunuhhh..!!!" kali ini perempuan setengah baya itu berteriak keras. Orang-orang yang melayat menjadi takut dengan lakunya.
"Tenang makdang… istigfar! Sudah kehendak Yang Kuasa …,"suara parau Rahim menenangkan makdangnya.
"Istrimu… gara-gara istrimu!" Ratap makdang Una semakin menjadi.
"Istigfar makdang…ini takdir Ilahi!  bukan salah Retno!Bukankah ajal itu akan datang juga walaupun kita di rumah saja?" Seorang Ustadzah berusaha menenangkan.
"Tapi dialah malapetakanya! Suami saya sehat-sehat saja, kalau tidak pergi ke Bali itu tidak…," Makdang Una menunjuk-nunjuk wajah Retno dengan kasar. Retno hanya tertunduk dalam dukanya yang menganga. 'Sudah jatuh di timpa tangga pula' . baru pagi tadi selesai pemakaman jasad keluarganya yang hangus kena sasaran bom, sekarang ia pun dibantai dengan makian .
Memang akhir September kemaren Retno ke Bali ditemani suaminya. Angku Patiah pun semangat ingin ikut. Katanya ingin bersilaturrahmi dengan keluarga Retno yang baru pindah ke pulau Dewata itu.
'Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih' Retno terperangah mendapati rumahnya amblas ,hangus, hancur berkeping-keping. Tak percaya kalau orang tuanya, adik kakaknya dan Angku Patiah ikut jadi korban perbuatan keji itu. Hanya Retno beserta suaminya yang selamat. Ya di selamatkan Allah melalui  bayi buta mereka.  Suhu badannya memanas hinga malam itu harus di larikan ke rumah sakit.
"Pembunuhhh…!!!" Teriak makdang Una menyentakkan Halim dari memorinya..
"Retno… kau harus menebus nyawa suamiku !!!" Makdang Una tiba-tiba menusukkan gunting yang terletak di dekat perlengkapan kain kafan, kapas kearah Retno. Seketika darah berlumuran. Orang-orang yang melayat berlarian keluar. Takut kena sasaran. Takut dipanggil menjadi saksi di kantor polisi.
"Hahaha…haha…" Makdang Una tertawa lepas.
***
" Tidakkk…!!!" Halim berteriak sejadi-jadinya. Seisi rumah tergopoh-gopoh mendekati tempat tidur Halim.
" Ada apa Lim?" pertanyaan serempak dari Angku Patiah, Makdang Una, dan Bahri sepupunya yang masih ingusan.
"Bayi!Bayi…!!!" Gugup Halim masih ngantuk.
"Bukan! Bahli udah becal Bang! Udah cekolah Tk ! Bahli bukan bayi lagi…" rengek Bahri tiba-tiba bercampur dengan suara cadalnya.
"Istri!Istri…!!!" Halim masih mengigau "Istriku mati dibunuh! Tidakkk…!!!"
"Kamu mimpi Lim! Makanya jangan suka tidur senja!! Tuh kan Kamu  harus segera menikah " Angku Patiah menepuk  pundak Halim.
"Lha ?! kuliah Bang Lahim kan beyum celecai-celecai!"celetuk Bahri berlagak dewasa.
"Angku Patiah?!" Tanya Halim aneh sambil meraba-raba wajah angku Patiah. Ia masih dibawa suasana mimpinya.
"He'eh… ada yang aneh ? " Tanya Angku Patiah heran dengan keanehan ponakannya. Kali ini tampak serius.
" Ng….ng…nggak kok , Cuma pangling dengan janggut Angku yang baru!!" Canda Halim menghilangkan kekikukkan dan rasa malunya.
"Oooo…Ayo kita ifthar ! sebentar lagi magrib lho…!"" Angku Patiah tersenyum grogi dibuatnya. Halim memang mahir mengalihkan suasana. Kesegaran tampak di aura wajahnya, bersyukur kalau Mamak dan Makdangnya adalah orang yang ikhlas, kental islamnya. Bersyukur kalau Bulan tak jadi terkubur.
Sekilas wajah lucu Bahri bermain dipelupuk matanya. Wajah itu mengingatkannya untuk segera balik ke Kairo. Tidak hanya do'a tapi juga butuh perjuangan yang sungguh. Bukankah Allah tidak pernah menzhalimi hambanya? Bukan salah Tuhan kalau ia belum naik-naik juga.
"Bang Lim! Bahli mau dibikinin jenggot!" Mendadak Bahri merengek , minta dibikinin jenggot.
"Hahhh?!" Semuanya saling berpandangan.

Kairo, 8 Oktober 2005
Buah pena : Novi Rizviani

Pendidikan Bagi Muslimah, Perlukah?

Begitu pentingnya ilmu pengetahuan, sehingga ia menjadi kata kunci bagi perempuan untuk bisa berperan dengan baik di rumah tangga, lingkungan serta dalam masyarakatnya. Hal ini tentu sangat menarik untuk kita bahas, karena kita sebagai muslimah tentu akan menjalankan peran sebagai hamba Allah, istri, ibu serta sebagai anggota masyarakat.
 Untuk sampai pada titik pembahasan tulisan ini tentang peran pendidikan terhadap diri seorang muslimah, rasanya sangat perlu penulis singgung sedikit beberapa hal berikut; pentingkah cerdas itu? Perlukah muslimah mengecap dunia pendidikan? Bagaimana antusiasnya para sahabiyah dalam menuntut ilmu?. Diakhir tulisan ini penulis akan mencoba untuk memaparkan sedikit mengenai peran pendidikan bagi muslimah.
Pentingkah ilmu pengetahuan itu
Ilmu pengetahuan merupakan sebuah harga mati yang tidak dapat ditawar lagi untuk mendapatkan kesuksesan. Siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia maka dapat ia peroleh dengan modal ilmu. Begitu juga dengan kebahagiaan akhirat dapat digapai dengan ilmu pengetahuan.
Sebaliknya, dunia akan terasa gersang dan hampa dalam kegelapan kebodohan. Bila segala tindakan perbuatan hanya bersandarkan pada taklid buta. Bahkan landasan untuk berbuat sesuatu yang sangat besarpun hanya mengacu pada tradisi sesat. Oleh sebab itu ilmu pengetahuan amat berperan penting dalam melakoni peran hidup ini. Ilmu menjadi jalan untuk sampai kepada segala kebaikan. Karena itu, Allah swt menurunkan wahyu pertama pada nabi," Bacalah" (Qs al-Alaq1). Dalam surat lain "katakanlah adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"( Qs az-Zumar 9).
Dalam buku "Tsaqafah Ad-Da'iyah", Yusuf Qardhawi mampu menarik makna halus dengan sangat indah dari firman Allah Swt,
" Mereka menanyakan kepadamu: " Apakah yang dihalakan babagi mereka?" katakanlah " dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melaqtihnya untuk berburu, kamu mengajarnyamenurut apayang telah diajarkan Allah kepadamu, maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu…"(Qs al_Maidah 4)
Maka sungguh diistimewakan anjing yang telah diajarkan berburu dari anjing-anjing lain yang belum terlatih, dengan bolehnya memakan hasil tangkapannya. Dari sini dapat kita petik makna halus dibaliknya, bahwa Allah mengangkat derajat ilmu walaupun pada anjing sekalipun.
Dr Akram ridhapun dalam bukunya " kaifa Takunin mutsaqafah fikran wa 'amalan wa sulukan?" menekankan pentingnya ilmu sebelum beramal.
Menjadi Perempuan Cerdas , Mengapa Tidak?
 Ada sebuah paradigma keliru yang menjalar hampir di seluruh pemikiran masyarakat awam . Bahwa perempuan., tidak perlu untuk terlalu aktif menuntut ilmu, karena akhirnya ia akan mengurusi rumah keluarga dan anak-anak. Sedikit banyaknya asumsi seperti ini menurunkan semangat muslimah dalam belajar.
Dari satu sisi, benar kalau seorang perempuan nantinya akan berperan sebagai istri, ibu bagi anak-anaknya. Tetapi untuk menjalankan peran penting itu harus dengan ilmu. Sehingga dengan tarbiyah seorang ibu yang bermutsaqafah akan melahirkan ulama-ulama besar. Dapat kita lihat sejarah membuktikan bahwa dibalik keberhasilan Imam syafi'i adalah tarbiyah dan kasih sayang ibunya .
Tidak hanya itu, perempuan selayaknya harus mengetahui tentang hukum-hukum agama. Wajib bagi mereka untuk mengetahui hukum Thaharah, shalat, puasa, hal-hal yang dihalalkan serta yang di haramkan.
 Sayyidah aisyah patut menjadi contoh dalam pengetahuan agamanya yang dalam. Tak heran Istri rasul Yang cerdas ini termasuk salah seorang perawi yang banyak meriwayatkan hadist nabi saw. Karena kecerdasan dan kedalaman pengetahuannya tentang agama ia di kenal dengan " Afqahu nisail ummah". 
Retorikanya yang fasih serta balaghahnya yang tinggi hingga tidak ada satupun wanita yang bisa menandinginya di zaman itu. Bahkan setelah wafatnya baginda Rasulullah saw, para sahabat tak jarang meminta keterangan tentang kebenaran sebuah hadist kepada Aisyah R.a.
Tiada seorangpun yang setara ilmunya, apalagi dapat menandingi sayyidah Aisyah dalam persoalan persoalan agama. Az-Zuhri berkata: "Sekiranya ilmu yang ada pada diri Aisyah  dihimpun dan dipertandingkan dengan ilmu yang dimiliki oleh seluruh wanita, maka tidak ada yang dapat melebihi ilmu yang ada pada beliau".
Antusiasnya Para sahabiyat
Suatu hal yang sangat dikagumi sekali adalah semangat para sahabiyat dalam menuntut ilmu. Sampai-sampai Sayyidah Aisyah memuji wanita Anshar, karena mereka banyak bertanya tentang masalah yang berhubungan dengan agama. Aisyah berkata, " Sebaik-baik wanita adalah wanita dari golongan anshar. Mereka tidak terhalang oleh rasa malu untuk mempelajari masalah-masalah agama dan hukum –hukumnya"
 Almujahid berkata," Bahwa tiada yang mempelajari ilmu dari kelompok yang pemalu dan seorang yang sombong". Kegemaran bertanya hingga suatu masalah benar-benar terukir di pemikiran mereka.
Dulu, ketika para sahabat mendomisili majlis rasul, para sahabiyat berkata," Wahai rasulullah kaum lelaki telah banyak menimpa ilmu darimu, sementara kami tidak. Berilah kami waktu seperti mereka ". Akhirnya Rasulullah Saw memberikan kesempatan kepada para sahabiyat untuk belajar langsung darinya pada hari tertentu.
Jadi, hak dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan sama baik bagi perempuan ataupun laki-laki.. karena keduanya mempunyai tanggung jawab masing-masing. Kalau kita lihat dalam kesetaraan pendidikan, Islam menyerukan dan mengajak untuk melatih anak anak perempuan sebagaimana ia menyuruh dan mengajak untuk untuk mendidik anak laki laki. Rasulullah Saw bersabda, " Tidak ada pemberian yang terbaik yang di berikaan orang tua kepada anaknya, selain pendidikan yang baik"( Hr. Tirmidzi)
Peran Pendidikan Terhadap Muslimah
Sebelum kita membahas tentang  peranan pendidikan terhadap muslimah, sebaiknya kita lebih dahulu mengetahui peranan muslimah itu sendiri. Pada dasarnya, seorang muslimah memiliki 3 peranan penting Dalam hidupnya.Yang pertama sebagai hamba Allah swt. Yang kedua perannya di dalam rumah tangga sebagai istri sekaligus sebagai ibu dari anak2nya. Dan yang ketiga, peranan seorang muslimah di dalam masyarakat. Dari ketiga peranan ini, diperlukanlah ilmu pengetahuan guna menjalani peranan tersebut, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal.
Allah berfirman dalam surat Ali imran yang artinya:" Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka memelihara hubungan dengan Allah dan hubungan sesama manusia"
MUSLIMAH SEBAGAI HAMBA ALLAH
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia tiada diciptakan kecuali hanya untuk menjadi hamba yang selalu beribadah kepada Allah Swt. Baik perempuan maupun laki-laki. Dalam beribadah sangat di utamakan "shohihul ibadah" yang tidak dapat kita ketahui kecuali dengan menyesuaikan dengan al-Quran dan Sunnah yang menjadi 2 sumber petunjuk dalam hidup kita.Betapa banyaknya kita lihat kaum muslimin yang beribadah tanpa berdasarkan ilmu. Sedangkan diterima atau tidaknya ibadah seorang hamba juga ditentukan oleh benar atau tidaknya cara mereka beribadah.
Muslimah sebagai Istri dan Ibu
Muslimah mutsaqafah yang mempunyai pemahaman yang matang terhadap agamanya akan menjalankan perannya dengan baik. Dia tahu kewajibannya terhadap Allah Swt, sehingga tidak melalaikan perintahnya.  Muslimah sebagai seorang istri dengan ilmu yang didapatkannya akan mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri Shalehah, dan ibu yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.
Dalam mendidik anak diperlukan sebuah keterampilan dan ilmu khusus, yang kelak dapat menghantarkan anak kita menjadi anak-anak yang soleh. Sebaliknya Dapat kita bayangkan apabila sebuah keluarga yang  tidak memiliki seorang ibu yang cerdas. Tentulah urusan rumah tangga tidak dapat terkendali dengan baik dan menimbulkan efek negatif terhadap pendidikan anak. Bobroknya mental dan tingkah laku remaja  berawal dari pendidikan dan kasih sayang yang kurang dari orang tuanya. Ataupun pendidikan yang salah.
Muslimah sebagai anggota masyarakat
Kewajiban amar ma'ruf nahi munkar tidaklah hanya dibebankan kepada kaum adam saja. Tetapi laki-laki dan perempuan mempunyai tanggung-jawab yang sama dalam hal ini. Islam sendiripun tidak menghendaki insan muslim muslimah) bersikap egois, dengan cara mengamalkan Islam untuk dirinya sendiri, tanpa "menularkan" kenikmatan berislam kepada orang lain. Itu kenikmatan parsial, kalau tidak dikatakan semu. Sebab itu, bukan tabi'at dan karakter islam
Ada satu hal yang perlu digaris bawahi, pentingnya ilmu pengetahuan untuk melakoni peran itu. Disinilah peran penting ilmu pengetahuan untuk mewujudkan masyarakat madani. Masyarakat yang didambakan setiap umat.