Minggu, 15 Agustus 2010

SEMI

      "Kreeek...kreekk....gerrrrr...rrr..." suara getaran piring dan gelas diatas meja makan mewah itu semakin kuat. Berbunyi lebih serius. Rene terkejut. Kaget seketika. Terhenyak dari kursi makan yang empuk diruangan mewah ala london itu. Sarapan pagi dengan menu serba" wah" pagi itu tak bisa dinikmati. Tak seperti hari-hari kemaren. Rene pucat. Panik. Raut wajah yang demikian pula yang tampak pada wajah mami dan papinya. Tuan Simpsont dan Nyonya rika simpsont.
      "Gempa!!! Gempaaaa!!!!!" Nyonya rika  berteriak panik dengan histeris. Dinding apartemen mewah itu mulai retak. Hidangan bergengsi ala london tumpah menggenang diatas meja. Bahkan telah menetes ke lantai. Gelas-gelas cantik berisi minuman mahalpun berjatuhan . Lampu hias terindah yang baru dibeli  seminggu yang lalu dari jerman ikut menari-nari. Mengalunkan musik ngeri. Kemudian berjatuhan juga. Turut mewarnai suara getaran bumi. Yang menambah rasa takut dan panik pada setiap insan duniawi.
      "Keluarrrr!!!! Ayo cepat keluarrrrr dari ruangan ini!!!!!"   Intruksi dari tuan simpsont emosi dan panik, menyisakan lipatan wajah yang keruh dan emosi.
      "Rene! Michele! Cepat kita keluar dari sini!" teriak maminya, sementara perabotan dan aksesoris hiasan rumah yang dirawat maminya selama ini telah hancur berserakan. Rene dan Michele berlari menelusuri apartemen luas itu.Ruangan yang unik dan penuh liku  membuat Rene mengoceh, karena susah mencapai pintu keluar. Walaupun ada tangga darurat yang telah dirancang oleh arsitektur papa yang dari london , tetap ruwet juga.
      "janan malah-malah dong kak!Olang yang pemalah tak di cayang Allah!" komentar Michele kecil dengan bijaksana .
      "Uhhhh! Anak kecil diam saja! Don't so be particular!! Kate membentak Rene  dengan kasar dan menarik tangan adiknya dengan kesal. Kemudian terus berciloteh menyaingi suara benda-benda yang berjatuhan. Sekilas sorot mata milik Michele melirik kakak perempuannya. Kemudian menekur diam . Merasa tak berarti saja.
       Bumi masih bergetar kencang, Rene dan Michele telah sampai di mulut pintu. Rene melepas tangan adiknya keluar dari ruangan iu. Dengan tangkas dan gerak tercepat, Rene kembali masuk ke dalam aparemen yang hendak runtuh itu. Entah kenapa gadis jangkung, blesteran Inggris-aceh itu balik lagi ke dalam apartemen yang hendak hancur itu.
      Michele masih berdiri sendirian di luar. Terus menatap kemulut pintu. Sesekali menengadah ke langit, memohon pertolongan dari Allah.  Pandangan matanya tak luput dari mulut bangunan mewah itu. Menunggu orang-orang yang yang dicintainya.
      "Allah itu sayang pada michelle! Jangan lupa berdoa ya! "  Michele masih ingat nasehat gurunya di taman kanak-kanak.
"Barangkali kakakku menjemput mami papi yang masih berada di dalam." bisiknya pelan seraya mengangguk-anggukkan kepala mngilnya. Tangan imutnyapun mulai berlipat diatas perut.
***
       Rene terus berlari dengan hati hati, menghindari tumpukan benda-benda yang mungkin saja berjatuhan menimpa tubuhnya. Begitu sigap dan cepat. Dari tangga apartemen terdengar suara mami-papinya yang sedang ribut. Seperti hari-hari biasa rumah itu selalu heboh  dengan percekcokan kedua orang tuanya. Tapi kali ini lebih ribut lagi. Betapa tidak? Ditengah perabotan alam yang sedang bergetar , mereka masih saja ribut. Sebagian loteng rumah telah  protes dengan retaknya hendak jatuh.
     "Kotak perhiasan ini sebaiknya mami yang yang     menyimpannya agar lebi terawat!" Pinta Nyonya Rika dari dalam kamar.
     "No...,oh no ! I am worried what is a head of us next year!,sebaiknya papi, karna laki-laki lebih tangkas!" Tuan Simpsont mendekap kotak perhiasan itu dengan kuat. Itu adalah hasil jerih payahnya selama ini, harus dijaga baik-baik.
      "sudah!!!!! Sudahhhh!  cukup! Ruangan ini akan hancur! Ayo mam, pap cepat keluar! Rene tampak kesal sekali dan tak bisa bersabar lagi mendengar pertengkaan kali ini. Apalagi melihat intruksinya tak ditanggapi. Rene tak mau buang waktu, ia langsung melompat kekamarnya. Apa yang membuatnya balik kekamarnya? Rupanya sesuatu yang ia anggap penting sekali adalah sebuah kertas penghargaan
'Beuty Queen Award 2004' yang didapatkannya dengan susah payah di penghujung tahun ini. Betapa tidak? Materi, waktu dan berbagai macam bentuk perawatan kecantikan telah difokuskan untuk mendapatkan gelar itu.
Ternyata dugaan Michele salah. Rene masih tetap seperti itu juga. Terlalu egois. Lebih mementingkan pribadinya sendiri. Berlaku tidak sopan pada pak udin tukang kebun, sering memaki Imah tukang masak kalau saja terlambat menghidangkan makanan. Acuh dengan para tetangga sebelah rumah. Jangankan untuk membantu mereka yang sedang dilanda kesusahan akibat duka yang berpanjangan di tanah rencong itu. Ataupun sekedar beramah tamah dengan mereka, senyumpun begitu pelit sekali. Padahal dengan outler beauty dan senyumnya yang memukau itulah ia berhasil mendapat penghargaan. Rene masih mendekap kertas itu denga erat. Ingin cepat sampai diluar, tapi loteng kamar mulai retak. Hiasan dinding , lukisan mahal dan foto mami-papinya pecah berderai di lantai. "Kreeekkkkk....gerrrrkkk..." sebagian dinding apartemen roboh.
     "Air...!Banjir!!! awas banjir!!!! Tiba-tiba terdengar teriakan dari seorang wanita separoh baya. Suara yang amat bersahabat di telinganya. Ya! Suara maminya.
     "A.....aaauuuu ...toloooooooong!!! "Histeris dari sepasang suami istri ketakutan, yang dihanyutkan air beserta kursi, meja, kipas angin, kotak-kotak perhiasan dan benda lainnya.
      "Prakkk! Praaakkkk..." Rene memukul-mukul pintu kamar yang telah terkunci mati, karena timpukan sebagian dinding kamar yang runtuh. Ia panik. Takut. Cemas .Galau.Ngeri , bertumpuk menjadi satu rasa. Saat itulah timbul ingin minta pertolongan. "Apakah tuhan yang sering disebut guru agamanya waktu sekolah dulu mau menolongnya? Shalat wajib saja jarang dilaksanakannya. Mami tak pernah lagi mengontrol ibadahnya semenjak sibuk ke luar negeri dengan papi. Yang ia tahu dulu maminya rajin beribadah.  Beda dengan papi yang selalu sibuk dengan proyek besarnya. Kata mami , papinya dulu adalah seorang pakar ekonomi yang terkenal di london. Sekitar 20 tahun yang lalu Tuan Simpsont mengadakan survey untuk penulisan disertasinya tentang perekonomian dan sumber kekayaan alam di aceh. Saat itulah maminya dilamar. Pernikahan akhirnya berlangsung juga setelah melalui permasalahan yang panjang di kenegaraan, dan dengan famili di aceh. Tentunya dengan syarat harus masuk Islam dulu.
     "Ppukkk..."sebuah bingkai lukisan menimpuk muka Rene, dan jatuh kelengan kirinya. Lamunannya yang panjang samar seketika. Namun darah mengucur deras dari lengan dan wajahnya. Menambah pucat wajah putih gadis blesteran itu. Akhirnya ia terkulai lemas dan tak ingat apa-apa lagi.

***
      Bau anyir menyeruak menusuk hidung.  Bercampur  bau anyir bangkai binatang. Menyebar rasa miris yang dalam di tanah rencong.
     "Aaa....aduhhhh...ahhhh...sakit.. !" Rene merintih menahan perih di wajah dan lengan kirinya. Perlahan ia menyentuh wajahnya."Aduuuhh....!" Rene meringis kesakitan. Ia menoleh kesampingnya"Hahhh??!!" ada rasa tak percaya melihat pemandangan itu. Ada jejeran panjang didekatnya. Bukan jejeran orang –orang berdasi seperti teman bisnis papinya. Bukan !Tapi, pembaringan para korban  dari amukan tsunami. Ada pak cecep tukang kebun tetangganya, pak udin tukang sapu jalan raya, Bang Maman tukang jual es keliling, ada wartawan terkenal juga tak jauh darinya.
      Rintihan, tangisan, ratapan, erangan dari rasa perih menyatu dalam bau yang sangat memuakkan dan memualkan perut orang yang berada disana. Sesekali terdengar suara batuk-batuk dan erangan panjang di tengahnya rusuhnya alam.
"Uhhh....!!! kesal masak disamakan tempatku dengan mereka?" Protes Rene dalam hati. Memberengut tak mau disamakan dengan orang yang tak selevel dengannya. Dulu cuman demam biasa, ada dokter pribadi yang datang kerumah. Atau pergi ketempat  pengobatan yang ekslusif dan terpercaya.
      Rene berusaha duduk melihat kondisi sekitar"Uppssst!!!" Tangan kirinya terasa sakit. Tak berfungsi. Hampir membusuk, hanya beberapa lapis perban yang membalut tangannya.
"Awas para dokter itu ! apa mereka tidak tau kalau aku puteri dari tuan Simpsont? Apa mereka tak tau kalau aku anak seorang pemilik perusahaan mobil terbesar di Aceh besar ini? Aku bisa menuntut dokter-dokter itu!" geramnya dalam hati.
      Gadis muda itu kembali berusaha menggeliatkan tubuhnya ditengah panjangnya pembaringan masal itu. Ia mencoba mengumpulkan kekuatan untuk berdiri. Tubuh jangkung blesteran inggris-sumatera itu mengedarkan pandangannya. Perutnya mual menahan anyirnya bau tumpukan jenazah. Amat mengerikan! Ada yang menengadah kelangit, ada matanya yang terbelalak, ada yang tak jelas lagi bentuk tubuh mereka karena hancur kena timpukan puing-puing bangunan.
Orang-orang masih berteriak histeris meratapi keluarga mereka yang telah meninggal. Percaya tidak percaya namun itulah yang ada di hadapan mata.
      Maghrib belum sepenuhnya mengubur senja. Perlahan Rene beranjak dari tempat itu.  Mencari si Michele, dan kedua orang tuanya. Menelusuri kota aceh yang telah lusuh.  Seperti kota mati. Puing-puing bangunan berserakan disepanjang daratan. Apalagi daerah sekitar pantai. Rumah penduduk, apartemen mewah tempat tinggal Rene, hotel berbintang, sekolah, Cafe milennium, warung kopi tengku umar, kern warnet telah hancur menjadi tumpukan sembraut. Semuanya telah rata. Hanya beberapa mesjid yang tetap kokoh.

***
      Pagi telah datang . Matahari tak secerah hari-hari kemaren.  Keadaan belum berubah. Menggores jiwa , mendalamkan luka. Hanya beberapa petugas medis tampak sibuk menangani para korban.  Mayat-mayat  masih bergelimpangan di sepanjang jalan. Sunguh tak terbayangkan!
      Bantuan datang dari daerah sekitar. Ada mi Instan, obat-obatan, dan pakaian. Orang-orang berebutan untuk mendapatkan makanan. Penuh sesak dan perjuangan. Renepun ada ditengah-tengah mereka. Sebenarnya ia tidak mau seperti orang-orang lain itu, tapi rasa perih dan protesan dari perutnya membuatnya terpaksa berada dalam kerumunan itu.
      "Uh... kenapa ini terjadi padaku?" ia bertanya dalam hati. Tak pernah terbayangkan sebelumnya akan seperti itu. Dulu kondisi-kondisi seperti itu hanya dilihatnya di Tv saja sekarang menimpa dirinya. Orang –orang disekitarpun tak mementingkan lagi persoalan kecantikan, keterkenalan, ataupun kedudukan.
      "wan! Kamu masih ingat aku kan? Aku yang mendapat piagam kecantikan yang dulu itu lho! Bisa nolongin aku untuk.."
      "sorri siapa ya? " pemuda itu memotong pembicaraan dan berlagak cuek.
      "Ini aku Rene Simpsont!" jawab Rene ringkas.
      "Hahhh???!!!" pemuda itu hanya memandang sekilas wajah cacat        Rene  dan berlalu pergi tanpa komentar lebih lanjut.
Ada satu perasaan menusuk di relung jiwa gadis itu. Komitmennya tentang kecantikan jasmaniyah mulai melebuh. Berbeda dengan hari-hari indah dahulu ketika ia terpilih menjadi yang tercantik.  Semua orang dianggapnya dungu, ketingalan zaman, dan tak berseni. Dengan senjata kecantikan dan kekayaan itu dia akan berjaya dan bahagia. Dengan mudah meremehkan orang lain tanpa memandang rasa kemanusiaan.
Rasa itu semakin menusuk dan menyayat perasaannya ketika orang-orang tak menghiraukan  siapa dirinya.
***

      "Mr. Smithh!!!!!!!!" Rene berteriak senang ketika melihat teman bisnis papinya dulu " tolong antarkan saya ke...,"
      "Maaf, saya lagi ada urusan!" jawab bule itu ringkas dan hilang dikejauhan.
       Rene tertunduk lesu, hilang semangat dan kekuatan hati. Ia melangkah pelan untuk balik ke tenda-tenda pengungsian, karena hari sudah beranjak senja.
       Sudah dua minggu Ia hidup di tenda pengungsian. Sudah dua minggu pula ia tak bertemu dengan keluarganya. Ia rindu pada Cilotehan Michele . Ia rindu pada gaya Michele kecil yang bijasana. Sepeti orang dewasa. Ia juga rindu pada papi dan maminya. Hampir saja Rene stres menghadapi semua itu. Seperti yang terjadi pada kebanyakan pengungsi di tenda-tenda. Mereka tak kuat kehilangan keluarga,rumah, cacat tubuh bahkan kehilangan pekejaan. Akhirnya banyak diantara mereka yang gila!
**
       Rene terus mencari adik dan kedua orang tuanya. Menanyakan setiap waktu ditempat-tempat pengungsian. Namun hasilnya nihil.
       Hari ini beberapa  tentara asing dari berbagai negara telah mendarat di aceh. Bantuan dari daerah sekitarpun datang menolong. Para selebritis turut menggalang dana untuk aceh.
      "Non Rene...!"ada suara kur yang memanggilnya dari belakang.   
       "Imah????!!! Pak udin????!!!!Michele???!!!"  
       "Non Rene sehat-sehat saja?" tanya imah pembantunya dulu. Masih tetap ramah. Tak ada yang berubah . Rene terisak dalam tangisnya. Menyesal atas segala perbuatannya selama ini terhadap mereka. Ada rasa yang menusuk hati jika ia mengingat tingkahnya dulu. Ia memeluk Michele erat. Memeluk Imah, dan memohon maaf pada mereka semua.
     "It is never too late to mend!!!!" celetuk michele bergaya seperti orang dewasa. Memang tidak ada kata-kata terlambat untuk memperbaiki diri.
      "I know, Beuty is but skin-deep!!" akunya dalam hati
      "Man proposses god disposes" komentar Pak udin dan Imah serempak . "pasti Michele yang mengajari mereka"terka Rena dengan pasti.
       Mentari memang tak sehangat hari kemaren, tapi ada yang lebih  hangat dari itu. Hubungan silaturrahmi yang sangat mahal harganya. Kalau tak ada hujan yang menangis mana mungkin taman hati akan bersemi.
       Awan  putih tebal berserak! Bagaikan gumpalan kapas putih.`Seputih hati yang telah di beri siraman kesadaran ketika Allah telah memilih..
  
Gami' , 16 Februari 2005-02-16
Buah Pena Perjuangan : Novi Rizviani

-   I am worried what is ahead with us next year: Saya khawatir, apa yang akan terjadi pada kita esok. 
-Dont so be particular                 : jangan banyak       cencong
-I know, Beuty is but skin-deep : saya akui kecantikan luar hanya selapis  kulit.
- Man proposses god disposes   : Manusia berencana,  Tuhan yang menentukan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar