Minggu, 15 Agustus 2010

Ramadhan Membentuk Pribadi Wanita Muslimah

Fajar ramadhan menjelang. Sudah menjadi tradisi kedatangan bulan suci ini disambut antusias masyarakat, seperti dapat kesadaran baru dalam beragama. Banyak yang larut dalam beribadah. Mesjid-mesjid dan mushalla kebanjiran jamaah. Ibu-ibu rumah tanggapun bertambah sibuk dengan aktifitas dapurnya.
Tidak berlebihan , jika dikatakan mayoritas umat islam masih memahami hikmah puasa secara zhahir saja. Puasa masih dipahami sebagai aktifitas ritual yang ditempatkannya dalam rangkaian doktrin formil. Yaitu menahan lapar dan haus. Sehingga ibadah puasa tidak ada pengaruhnya terhadap orang tersebut. Terbukti masih banyaknya kemaksiatan sehabis ramadhan. Bahkan jilbab menjamur hanya dalam bulan ramadhan saja.
Kesan yang ada kemudian adalah puasa hanya menempati dan ditempatkan dalam pola aktifitas ritual yang sangat transeden dan pribadi. Puasa dijadikan sebagai wahana pelarian spiritual yang dianggap efektif menghapus dosa-dosa yang telah diperbuatnya selama setahun.
Sebaliknya kalau hikmah puasa dipahami secara lebih mendalam lagi, maka ramadhan mampu membentuk pribadi mukmin  yang bertaqwa. Membetuk pribadi wanita muslimah yang taat pada perintah agama.
Bila kita cermati lebih dalam terhadap perintah puasa (Qs:2:183), ternyata puasa menyimpan pesan yang tak berhenti pada pemahaman yang bersifat lahir saja. Dalam ayat Allah Swt mensifatkan keimana dulu, dan diujung ayat Allah Swt menyebut kata taqwa yang merupakan ruh keimanan dan rahasia kemenangan.
Aspek taqwa memiliki dimensi yang sangat luas. Seperti sabar,jujur, adil, disiplin, sadar akan dosa, rendah hati, possitif thinking, toleran dan lain-lain.
Jika ditarik secara garis besar kandungan hikmah puasa ada dua unsur penting . Pertama; hubungan dengan tuhan. Kebiasaan seseorang dalam menahan lapar,hawa nafsu, dapat membentuk pribadi muslimah yang sabar, waspada, patuh dan taat dalam menghadapi cobaan. Kedua: hubungan dengan sesame (kesadaran akan lingkungan sosial . Yang diwujudkan oleh dorongan naluri insaniyah.
Bagi seorang wanita muslimah atau ibu rumah tangga bisa memanfaatkan momentum puasa untuk lebih menguatkan hubungan silaturrahmi. Baik itu dengan suami, anak, orang tua, sanak keluarga maupun  karib kerabat terdekat. Bahkan seorang wanita muslimah bisa mengeratkan kembali tali persaudaraan dengan cara saling tukar makanan, tabadul hadaya, saling memaafkan dan lain-lain.
Bahkan Islam menganjurkan pada umatnya untuk tetap menjaga hubungan baik dengan sesama. Walaupun tidak dalam momentum ramadhan. Orang yang menjaga hubungan baik dengan suami dan keluarganya, akan mendapat dua kebaikan. Satu: silaturrahmi, kedua: keredaan suami
Hal lain yang sangat dianjurkan dalam menyambut bulan ramadhan adalah denagan cara: Menyambut bulan sya’ban dan menjelaskan keutamaannya serta menerapkan kebiasaan untuk beribadah bersama keluarga, meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga untuk mempersiapkan makanan dan buka bersama, menkonsumsi makanan tidak berlebihan hingga tidak melewatkan tarawih karena tidur kekenyangan, berdoa untuk suami diwaktu-waktu yang mustajab.
Oleh karna itu suami dan istri harus menyusun program yang akan mereka terapkan dalam bulan ramadhan nanti.
Apabila ramadhan telah datang, maka keluarga itu tidak akan terlalu susah menghadapi kendala dalam menjalani ibadah. Tapi banyak juga dari beberapa keluarga yang memiliki pemahaman yang keliru dalam terhadap bulan ramadhan. Sebagian besar ibu rumah tangga memahami  Ramadhan merupakan bulan yang mesti mengeluarkan banyak uang dan pengeluaran. Dalam artian bermewah-mewahan. Hal ini sangat jauh dari ajaran islam. Sudah termaktub dalam Al-Quran agar manusia tidak berlebih-lebihan dalam makan, minum, dan dalam berpakaian. Oleh sebab itu, Istri harus mampu mengatur perbelanjaan keluarga. Sesuai dengan ekonomi suami.

Ada beberapa rahasia puasa hingga bisa membentuk pribadi muslimah:
1.      Puasa merupakan benteng terhadap bahaya syahwat perut dan kemaluan. Yang bisa membetuk:
-    Nafsul ammarah (nafsu yang memerintahkan untuk keburukan )
-    Nafsul lawwamah (jiwa yang ingin menag menang sendiri)
-    Dengan puasa Ramadhan tercapailah taqwa hingga hanya perintah Allah sajalah yang berdaulat dalam dirinya.
2.      Orang yang mengerjakan puasa dengan karena Allah Swt,  niscaya ia akan menjadi manusia yang bersabar. Sabar bukan berarti bersedia menerima dan menanggung segala macam siksa dan derita saja. Tapi tetap teguh menghadapi kesenangan duniawi.
Orang yang berpuasa tapi tidak mampu menahan hawa nafsunya maka sia-sialah pusanya.”kam min shoo-imin laysa lahuu min shiyamihii illaljuu’I wal’athasy” begitu rasul menggambarkan nilai puasa seorang wanita pemarah.
Dalam sebuah hadis pernah disebutkan, seorang ibu rumah tangga di siang hari Ramadhan memaki-maki pembantunya karna pekerjaan yang tidak memuaskan dengan kata-kata yang sangat tidak pantas. Karena teriakkannya yang terlalu nyaring, sampai kata-kata kotor itu ke kediaman Rasulullah Saw. Bersama seorang sahabat Rasulullah Saw mengantarkan makanan untuk wanita yang marah-marah tadi.
 “ Saya sedang berpuasa ya Rasulullah!” kata wanita itu. Kepadanya Rasulullah Saw menjelaskan kalau puasa memiliki pesan moral yang harus dijalankan oleh umat Islam, agar nilai-nilai yang dikandungnya dapat membuat hidup semakin damai, jiwa menjadi tenang dan pikiran menjadi jernih.
Puasa yang tetap membiarkan hawa nafsu menjadi pengendali, syahwat menghiasi kegiatan sehari-hari, adalah suatu kesia-siaan dan menodai pesan moral puasa.
3.      Puasa membekali kita dengan keyakinan terhadap Al-Quran.
4.      Salah satu hasil keaqwaan adalah furqan dalam dirinya. Dengan furqan Insyaallah wanita muslimah akan memiliki kepekaan terhadap gejala kekufuran di tengah masyarakat.
5.      Pesan suci yang dibawa puasa khususnya di bulan Ramadhan bisa berbentuk riyadhah. Setiap orang mencoba selama sebulan penuh untuk meninggalkan kemurkaan, membersihkan jiwa serta berbagi rasa dengan para tetangga
6.      Dengan Ramadhan bisa membentuk insan bertaqwa, menumbuhkan pribadi muslimah sejati. Tentunya dengan niat larena Allah semata. Ramadhan menjelang, mari kita sambut dengan suka cita, sebab bukan tidak mungkin tahun depan kita tidak akan bertemu lagi dengan Ramadhan. Wallahu a’lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar