Minggu, 15 Agustus 2010

Menyongsong Terwujudnya Masyarakat Madani

Pendahuluan
      Masyarakat ideal merupakan dambaan bagi setiap warga negara, penggagas dan pemikir masa depan. Termasuk bangsa Indonesia. Dalam membangun sebuah sistem kehidupan masyarakat yang ideal  tidak semudah menyebutkannya. Membutuhkan waktu yang sangat panjang.  Harus diletakkan dasar-dasar fundamental, sehingga mekanisme kehidupan dapat berjalan dengan baik. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang jujur dan berakhlak mulia. Tanpa adanya hal diatas maka akan sulitlah untuk membangun masyarakat madani  di Indonesia. Apalagi memperhatikan keadaan Indonesia sekarang.

Kondisi Indonesia
       Dalam membangun system kehidupan masyarakat  yang sedang kritis membutuhkan  waktu yang panjang.  Mustahil akan berevolusi dalam sekejap. Tetapi melalui tahap-tahap dan proses pengishlahan . Dengan melakukan perbaikan dalam aspek kehidupan dan berusaha menghapus krisis di segala bidang.
       Berbagai macam krisis sedang menggerogotti bangsa Indonesia. Krisis ekonomi yang berkepanjangan masih terus melanda rakyat Indonesia. Krisis moral semakin meningkat menyebabkan bangsa semakin terpuruk. Ditambah lagi dengan krisis kepercayaan. Keadaan itu diperburuk lagi dengan berbagai macam teror yang bisa terjadi kapan dan dimana saja.
       Aksi teror bom sangat ramai menghantui keamanan masyarakat akhir akhir ini. Seperti teror ledakan bom  tanggal sembilan September 2004 lalu di Kuningan Jakarta. Hal itu merupakan tindakan yang anarkis dan menakut-nakuti masyarakat. Dan mengganggu keamanan masyarakat yang menjadi kebutuhan darurat manusia. Oleh sebab itu Islam mensyariatkan hukum yang tegas agar bisa mencegah berbagai tindakan kriminal.
      Ketentraman masyarakat tidak hanya diganggu oleh aksi teror saja. Tapi ketidakharmonisan umat beragama turut merusak kelangengan hidup bersosial. Dan menghambat terwujudnya masyarakat yang ideal.
       Menyadari kondisi kehidupan masyarakat Indonesia yang digambarkan diatas, bagaimana langkah bangsa Indonesia dalam menyongsong terwujudnya masyarakat madani? Langkah apakah yang harus ditempuh oleh masyarakat Indonesia?
       Agar lebih terfokusnya pembahasan ini, Penulis akan menjabarkan terlebih dahulu tentang konsepsi masyarakat madani.

Konsepsi Masyarakat Madani
       Paradigma masyarakat ideal memang masih dalam perdebatan. Baik yang menerimanya sebagai sebuah kenyataan maupun yang menganggabnya sebagai utopia. Banyak terminologi yang mempersonifikasikan masyarakat ideal. Di antaranya masyarakat madani dan civil society yang propertik.
       Secara umum masyarakat madani dan civil society dipandang sama. Tapi, apabila ditelusuri lebih lanjut dua terminology ini mempunyai perbedaan yang mencolok.
       Civil society merupakan konsep sebagai respon terhadap realita politik, dimana Negara menjadi makhluk yang demikian perkasa sehingga nampak begitu hagemonik. Menguasai seluruh aspek kehidupan manusia.
     Civil society merupakan konsep masyarakat; yaitu sebagai kesadaran bahwa keseimbangan yang dinamis antara kekuatan masyarakat dan Negara akan mendorong proses demokratisasi yang didambakan. Konsep ini bercirikan kesukarelaan , kekeswasembadaan, keswadayaan, kemandirian dan keterikatan dengan norma atau nilai nilai hokum yang diikuti warganya.
       Konsep civil society berasal dari barat. Penerapan system ini di Negara berkembang tidak harus sama dengan praktik civil society yang ada di barat.
       Sedangkan konsep masyarakat madani merupakan reformasi total terhadap masyarakat tak kenal hukum dan terhadap supremasi kekuasaan pribadi. Pijakan dari masyarakat madani adalah Mitsaq Almadaniyah (piagam madinah). Oleh kalangan sarjana dikenal sebagai "konstitusi madinah". Kondisi ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah umat manusia yang meletakkan dasar-dasar toleransi dan pluralisme mengakui kesamaan penduduk madinah . Tanpa membedakan suku, agama, ras, warna kulit dan antar golongan (SARA) yang ada dalam komponen masyarakat madinah.
     Dalam konteks wacana membangun masyarakat madani perlu mengikuti tauladan Nabi Muhammad Saw. Pengisian civil society justru diperoleh dari dunia Islam sendiri. Persisnya dari kejayaan dunia islam klasik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dr. Nurchalish madjid bahwa masyarakat madaniyah sebagai masyarakat yan egaliter partisipatif. Masa kalsik Islam itu menyerupai gambar sebiah masyarakat yang yang adil, terbuka, dan demokratis seperti dalam konsep-konsep sosial politik modern.
       Masyarakat madani menempatkan peranan Islam sebagai faktor dominan, Islamlah yang pertama kali memperkenalkan manusia, cita-cita keadilan sosial dan pembentukan masyarakat madani yang bersifat islami. Sedangkan civil society hanya menempatkan agama sebagai salah satu elemen identitas.

     Beberapa Problem Interpretasi

1.   Kalangan pendukung konsep ini , menganggap bahwa implementasi masyarakat madaniyah, perkotaan  dan peradaban. Padahal dalam civil society yang penting adalah kemandirian organisasi. Tanpa adanya diskriminasi kota dan desa.
           Pemahaman ini kemudian berkembang menjadi dikotomi Islam modernis                  dan Islam tradisionalis.
2.   Sedangkan pendukung masyarakat madani menganggab bahwa konsep civil society merupakan perpanjangan dari liberalisme dan sekularisme . Yang memisahkan antara agama dan negara.

Menyongsong Terwujudnya Masyarakat Madani
      
       Perbaikan kehidupan masyarakat Indonesia akan menuai kematangan dalam memberikan kontribusi . Dan loyalitas untuk mengantarkan bangsa Indonesia mewujudkan masyarakat madani. Dengan cara perbaikan disegala aspek kehidupan. Perbaikan di bidang ekonomi, pendidikan, persatuan umat beragama, serta menanamkan kepercayaan kepada para pemimpin.
      Dalam proses pembentukan masyarakt madani, ada beberapa fase yang harus dijalani yaitu :
1.    Membangun kepribadian sehingga kehidupan personal menjadi berkualitas dengan manhaj Rabbani.
2.    Membangun keluarga yang berkualitas yang penuh dengan nuansa Islami.
3.    Membangun komponen masyarakat menuju tatanan kehidupan madani. Karena masyarakatlah yang bias menentukan tiang pembangunan sebuah Negara yang berkemanusiaan.
4.    Pembangunan Negara yang maju dan penuh dengan rahmat Illahi.
5.    Menjalin persatuan dan kesatuan antar Negara Islam sehingga tercipta toleransi antar sesama.

           Dalam mempertemukan substansi civil society dan masyarakat madani, ada beberapa hal yang sangat urgensi sekali :
a.   Pembacaan piagam Madinah dalam perspektif civil society. Kini dalam konteks relevansi wacana civil society dengan konsep ummah Negara madinah yang menerapkannya.
b.   Dengan melakukan Transformasi dalam ide civil society . Yaitu memperjuangkan otonomi masyarakat dan tidak menggantungkan diri pada negara. Dengan cara perbaikan masyarakat menuju demokratis, egaliter populis, mandiri dan sebagainya.
c.   Memadukan dan mencari titik temu antara konsep barat dengan ajaran Islam. Seperti ummah, almadinah al-fadhilah, as-siyasiyah al-madaniyah, al-mujtama' al-madani atau dengan sejarah Nabi ketika di Madinah. Bahkan kaau perlu dengan eklektisisme . Yaitu dengan mencari unsur-unsur yang terbaik.
d.   Pengisian Masyarakat madani sebagai civil society yang lebih dari pada sekedar gerakan-gerakan prodemokrasi, yang menekankan peranan islam.

       Menyadari kenyataan bahwa perang global telah berlangsung dari setiap penjuru menggempur umat beragama, khususnya para generasi muda agar bersikap hidup sekuler- ateistik. Para juru dakwah harus mampu menampilkan dirinya sebagai sosok ulil albab. Yaitu mujahid dakwah dengan bobot intelektual dan wawasan yang mendunia.
      Tidak ada satu umatpun yang berpangku tangan dari urusan agamanya. Dia harus terlibat, peduli, menenggelamkan dirinya dalam dunia yang mengakhirat, urusan akhirat yang mendunia. Bersatu menolak kafirisasi yang telah jelas gemuruhnya terdengar dan menghantam kehidupan umat beragama. Para mujahid dakwah harus mampu jawaban- jawaban sekitar permasalan umat.
     Tidak bisa di sangkal bahwa pola pendidikan agama sejak usia dini, merupakan salah sau kunci untuk membentengi iman. Umat Islam harus di bentuk sebagai mujahid yang memberikan nilai-nilai moral, intelektual, seta etika pergaulan yang berorientasi kepada aktualisasi Al-qur'an dan Sunnah. Agama tidak hanya sederetan hafalan dan iktan normatif, tetapi dipresentasikan pula dalam bentuk yang actual dan aplikatif.
     Masyarakat muslim perlu dibekali dengan ilmu, ketrampilan, keberanian, dan keyakinan . Sehingga umat muslim tidak takut menghadapi berbagai perbedaan dan kendala kehidupan. Sebagai seorang muslim yang mengemban misi rahmatan lil 'alamin biasakan diri untuk bisa menghargai orang lain . Bahkan tidak perlu merasa rendah diri untuk memetik kebenara dari siapapun. Itulah semangat seorang democrat yang menghunjam di hati umat muslim.
     Al-kindi mengatakan , "Kita tidak perlu malu untuk mengtahui kebenaran yang dating dari siapapun , walau dari generasi dahulu maupun orang asing. Bagi siapa saja yang mencari kebenaran, bahwa tidak ada nilai yang lebih tinggi dari pada kebenaran itu sendiri. (We should not be ashamed to acknowledge truth from whatever source if comes to us even if from former generation and foreign people. For him who seeks the truth there is nothing of higher value than truth itself)."
   
Penutup
     Pembahasan mengenai masyarakat madani merupakan pembahasan yang sangat luas . Membutuhkan waktu yang sangat panjang. Apalagi kalau dikaitkan dengan bangsa Indonesia. Dalam menyongsong terwujudnya masyarakat madani di Indonesia perlu membenahi berbagai aspek kehidupan. Seperti ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya. Namun disini Penulis hanya memaparkan secara global saja. Tulisan ini hanya sebagai pengantar saja dalam mengkaji permasalahan di atas. Semoga para pembaca dapat mengembangkannya dalam bentu bacaan.Wallahu a'lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar